Mataram - Wisata halal atau halal tourism sudah menjadi trend baru dalam konsep pengembangan destinasi wisata di Indonesia. Konsep wisata halal semakin mendunia tatkala Provinsi NTB dinobatkan sebagai World's Best Halal Tourism Destination dan World's Best Halal Honeymoon Destination di negara Dubai pada tahun 2015 lalu.
Di tengah pandemi Covid-19 saat ini, justru konsep wisata halal menjadi momentum untuk segera membangkitkan pariwisata Indonesia. Konsep halal tourism dinilai menjadi 'Vaksin' pariwisata di masa pandemi, karena sangat selaras dengan kebijakan era new normal di masa Covid-19.
Wisata halal adalah 'lifestyle' atau gaya hidup para wisatawan itu sendiri untuk memilih makanan dan tempat yang sehat, bersih, dan aman. Untuk itu, dengan selera wisata domestik dan lokal yang menjadi target, pariwisata diharapkan bisa segera pulih lebih cepat.
Hal itu diungkapkan oleh Asisten Staf Khusus Wakil Presiden RI Bidang Ekonomi dan Keuangan, Guntur Subagja, S.Sos, M.Si saat menjadi narasumber pada acara ngobrol bareng bertajuk "Wisata Halal dan Momentum Kebangkitan Pariwisata Indonesia" bertempat di Resto Taliwang Moerad, Mataram, Jumat (20/11).
"Wisata halal merupakan solusi dari pandemi Covid-19. Halal itu berbicara tentang kebersihan, kesehatan, tentang makanan yang sehat dan tempat yang bersih," kata pria yang akrab disapa Bang Guntur tersebut.
Menurut Guntur, inovasi wisata halal yang diterapkan di NTB bukan hanya sebagai pemantik mempercepat pemulihan pariwisata. Konsep wisata halal bukan hanya berbicara tentang Islam, namun lebih kepada layanan dan tempat yang mengedepankan kebersihan. Sehingga wisatawan yang datang ditawarkan pilihan, apakah ingin menikmati konsep wisata konvensional ataukah konsep wisata halal.
"Halal tourism bukan dikotomi antara muslim dan non muslim tetapi tentang pilihan konsep pelayanan dan gaya hidup wisatawan yang sedang berkembang, apalagi Indonesia merupakan negara muslim terbesar, ini adalah opportunities" jelasnya.
Berdasarkan laporan Global Islamic Economic Report tahun 2019, negara-negara eksportir produk halal terbesar di dunia memang bukan negara dengan penduduk mayoritas muslim. Brasil merupakan eksportir produk halal nomor 1 di dunia dengan nilai US$ 5,5 miliar dolar, Posisi nomor dua diduduki Australia dengan nilai ekspor US$ 2,4 miliar.
Anehnya, meski memiliki banyak penduduk Muslim, Indonesia justru menjadi konsumen produk halal besar dunia. Proporsinya bahkan mencapai 10% atau mencapai US$ 214 miliar.
"Inilah saatnya Indonesia mengambil peluang dari konsep wisata halal. Wisata halal merupakan solusi pariwisata di masa pandemi Covid-19" tutup Guntur.
Senada dengan itu, Jubir Sandiago Uno Bidang Pariwisata, Taufan Rahmadi menegaskan, wisata halal merupakan sebuah energi dan solusi dari kebangkitan pariwisata nasional di masa pandemi Covid-19. Berbicara tentang kesehatan sebenarnya sudah ada sejak wisata halal diterapkan. Jadi, pola new normal dan gaya berwisata di era saat ini merupakan bagian dari halal tourism.
"Halal tourism adalah vaksin pariwisata. Artinya halal tourism dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi lokal dan nasional. Produk-produk dan servia wisata halal merupakan vaksin dalam gaya hidup kita saat ini," tegas pria kelahiran Lombok tersebut.
Menurutnya, wisata halal yang didorong di NTB harus menjadi bagian dalam pengembangan pariwisata di Indonesia. Kalau pandemi ini masih terus mewabah, berarti halal adalah cara untuk tetap survive. Konsepnya tetap menjadi contoh dan standar. Pandemi merupakan sesuatu yang tidak pasti, namun kepastian dalam layanan berwisata pilihannya adalah halal.
"Ingat, konsep wisata halal tidak memaksa, karena ia adalah pilihan gaya hidup. Yang ditawarkan kepada wisatawan adalah layanan, makanan, tempat penginapan dan servisnya. Selanjutnya tergantung dari wisatawan itu sendiri, mau memilih layanan konvensional atau layanan halal" tegas pria yang merupakan bagian penting kala memenangkan NTB penghargaan sebagai wisata halal terbaik dunia kala itu. (*)
@lombokepo