Mataram - - Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) merupakan salah satu destinasi wisata primadona di NTB. Setelah sebelumnya terdampak gempa di tahun 2018 dan kebakaran hutan tahun 2019, TNGR kembali ditempa dampak Pandemi Covid-19. Namun, angin segar sedikit berhembus di pertengahan tahun 2020 ini.
Setelah ditutup sejak diberlakukannya pembatasan, kini TNGR kembali dibuka untuk wisatawan lokal dan mancanegara. Dari 13 destinasi wisata non pendakian dan 5 wisata pendakian di tiga kabupaten (Lombok Timur, Lombok Utara, dan Lombok Tengah), hanya 8 destinasi wisata non pendakian yang dibuka.
"Taman Nasional Gunung Rinjani mulai hari ini resmi membuka 8 destinasi wisata non pendakian." seru Kepala Balai TNGR Dedy Asriady saat melakukan jumpa pers di Kantor Dinas Pariwisata NTB, Senin (6/7). Konferensi pers tersebut turut dihadiri oleh Kepala Bidang Perlindungan Hutan Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Dinas LHK NTB Mursal, dan Sekretaris Dinas Pariwisata NTB Lalu Hasbul Wadi.
Ke delapan destinasi wisata non pendakian tersebut meliputi, Otak Kokok Joben (Joben Eco Park) dengan kuota maksimal 227 pengunjung perhari. Telaga Biru dengan maksimal kuota 84 pengunjung perhari. Air terjun Jerul Manis dengan kuota maksimal 180 pengunjung perhari. Gunung Kukus dengan kuota maksimal 90 pengunjung perhari. Timbanuh dengan objek daya tarik wisara berupa Air Terjun Mayung Polak dengan kuota maksimal 60 pengunjung perhari. Savana Propok dengan maksimal kuota 150 pengunjung perhari. Dan Air Terjun Mangku Sakti dengan kuota maksimal 90 pengunjung per hari.
TNGR akan menerapkan protokol Covid-19 yang ketat terhadap wisatawan, baik dari mulai pintu masuk, saat di lokasi wisata, maupun saat keluar pintu wisata. Wisatawan diwajibkan menggunakan masker, membawa handsanitizer atau hand wash, kresek sampah, menjaga jarak minimal satu meter, dan membawa surat keterangan bebas covid-19 bagi wisatawan yang berasal dari luar NTB atau bebas gejala influenza (influenza-like illness) untuk yang berasal dari Pulau Lombok. Jam kunjungan pun dimulai dari pukul 09.00 - 15. 00.
"Pengunjung hanya boleh melakukan one day trip atau satu hari perjalanan tanpa menginap, serta jumlah pengunjung hanya boleh 30% dari jumlah pengunjung maksimal," jelas Dedy Asriady.
Untuk menjaga agar seluruh peraturan dibukanya destinasi wisata tersebut, Balai TNGR telah membentuk Tim Pengawasan dan Pengendalian Pelaksanaan Reaktivasi Bertahap untuk kunjungan Wisata Alam pada Kawasan TNGR. Nantinya wisatawan yang melanggar aturan akan ditindak lanjuti.
Lebih jauh Dedy Asriady menjelaskan, dibukanya destinasi wiaata TNGR merupakan langkah awal. Nantinya pelaksanaan reaktivasi tahap Iini akan dievaluasi secara berkala. Jika berjalan dengan tertib, wisata pendakian bisa dibuka juga pada tahap II nanti.
Lebih lanjut, Kepala Bidang Perlindungan Hutan Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem Dinas LHK NTB, Mursal, juga menghimbau masyarakat untuk dapat sama-sama menjaga kebersihan dan keamanan destinasi wisata yang dikunjungi. Masyarakat diingatkan untuk tidak membakar hutan untuk membuka lahan dan tidak membakar sampah sembarangan atau tidak beh melakukan kegiatan yang dapat memicu kebakaran hutan.
"Merawat Taman Nasional Gunung rinjani adalah kewajiban kita bersama. Bukan hanya tugas Balai TNGR, Dinas LHK, atau Dinas Pariwisata. Jangan sampai kebakaran tahun 2019 yang lalu terulang kembali," pesan Mursal. (novita, @diskominfotikntb)
@lombokepo