Mataram - Perlahan tapi pasti, industrialisasi di NTB terus tumbuh. Saat ini, penggunaan teknologi untuk penambahan nilai ekonomi terus bermunculan. Diantaranya, teknologi irigasi tetes untuk peningkatan produksi jagung di KLU, industri pengolahan kakao menjadi coklat kemasan, dan program industrialisasi sektor peternakan bernama "Kampung Unggas".
Gubernur Nusa Tenggara Barat (NTB), Dr. H. Zulkieflimansyah mengatakan bahwa industrialisasi merupakan salah satu jawaban untuk mengatasi kemiskinan dan pengangguran di NTB. Ia mengajak ISEI mendukung program industrialisasi itu.
“Kami bisa membayangkan, kalau hasil jagung, ikan, hasil tambang, peternakan dan semua sektor lain dapat diolah disini. Insyaallah NTB ini akan mampu mengurangi kemsikinan dan mengatasi pengangguran, dan kemudian mampu menghadirkan kesejahteraan buat kita semua," tegas Dr. Zul sapaannya usai melantik Pengurus Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) Cabang Mataram periode 2019-2022 di Ruang Serbaguna Kantor Perwakilan Bank Indonesia NTB, (Senin, 10/02/2020).
Hadir diacara itu Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Waluyo, Kepala BI NTB, Achris Sarwani dan beberapa pejabat lainnya.
Dijelaskan oleh Gubernur Zul bahwa tidak mungkin suatu daerah dapat mencicipi kemakmuran, merasakan kesejahteraan jika tidak mengalami atau mengakselerasi program industrialisasi. Industrialisasi adalah salah satu program utama Pemerintah Provinsi NTB, "kalau program ini sukses dijalankan maka otomatis pemerintah pusat akan belajar ke NTB", ujar Gubernur lulusan Inggris ini.
Menurut Bang Zul, salah satu faktor penting memajukan ekonomi dan pembangunan daerah adalah pemanfaatan teknologi, yang didukung oleh kemampuan masyarakat mengakumulasi inovasi teknologi tersebut. Selain itu, kata Bang Zul, perkembangan ekonomi bukan dilihat dari kuantitasnya saja, melainkan juga dari kualitas pertumbuhan. “Jangan sampai ekonomi tumbuh tapi bukan berasal dari kontribusi produk lokal atau bukan atas hasil kerja orang NTB", tegasnya. Kualitas pertumbuhan ekonomi haruslah sejalan dengan pemanfaatan olahan produk lokal dan memanfaatkan tenaga lokal sebagai pemain, imbuhnya.
Orang nomor satu di NTB itu menegaskan bahwa industrialisasi harus diprioritaskan pada produk yang diolah dan dibuat di NTB menggunakan tenaga lokal dengan mesin-mesin sendiri. Namun demikian, meskipun meyakini industrialisasi akan terwujud di NTB, Gubernur mengakui bahwa industrialisasi bukan persoalan yang sederhana. Salah satunya karena dibutuhkan SDM berkompetensi teknik.
"Saat ini, kami memberi beasiswa pada universitas-universitas swasta supaya fakultas-fakultas teknik dapat digratiskan, juga memberikan insentif bagi lulusan pesantren agar dapat masuk ilmu sains dan teknologi. Ini semua agar inovasi industrialisasi punya korelasi positif dengan jumlah insinyur di NTB," harap Dr. Zul di hadapan pengurus ikatan sarjana ekonomi Indonesia.
Hal senada diungkapkan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Dody Waluyo. Ia menyebut negara maupun daerah akan maju karena kekuatan teknologinya. Kebutuhan akan teknologi untuk memajukan semua aspek pembangunan merupakan kebutuhan dasar yang harus diimplementasikan dalam setiap kebijakan.
"Kekuatan sains tidak bisa dipungkiri, misalkan negara Tiongkok bisa maju bukan karena sektor lain melainkan kemajuan tekonologinya dan begitu pula negara-negara maju lainnya" katanya.
Menurutnya ahli ekonomi ini, peningkatan ekonomi akan pesat jika masyarakat mampu mengembangkan ide untuk mengembangkan inovasi teknologinya. Pada kesempatan itu, disampaikan pula, pertumbuhan ekonomi NTB tahun 2019 yang mencapai 5,02 persen secara nasional. Dua factor utama yag mempengaruhinya adalah faktor konsumsi masyarakat yang tumbuh sekitar 15 % dan kedua, faktor investasi terkait proyek strategis yang tumbuh sekitar 4,5 %.
"Pertumbuhan ini menjadi bekal untuk pertumbuhan ekonomi di tahun 2020," tutur Dody yang sekaligus sebagai pengurus ISEI pusat itu.
@lombokepo