Peternakan, khususnya spesies sapi menjadi salah satu komoditas yang akan dikembangkan di NTB. |
Mataram – Peternakan, khususnya spesies sapi menjadi salah satu komoditas yang akan dikembangkan di NTB. Untuk mengembangkan sektor ini, Gubernur NTB, Dr. H. Zulkieflimansyah pun memaparkan gambaran terobosan yang akan ditempuh Pemprov NTB.
Menurut Gubernur, Pemprov NTB akan memberikan kemudahan bagi pengusaha yang ingin mengelola usaha pengembangbiakan sapi di NTB. “Bukan Pemprov yang mendatangkan atau mengimpor sapinya. Tapi Pemprov membantu dan memfasilitasi investor yang tertarik untuk bisnis di area ini,” ujar Gubernur.
Menurutnya, pengembangbiakan sapi tidak bisa berdiri sendiri. Untuk bisa tumbuh menjadi sapi berkualitas kompetitif, mereka membutuhkan pakan yang berkualitas pula. Hal ini memunculkan kebutuhan lain, yaitu pabrik pakan.
“Ternak kita sengsara di musim kemarau tanpa pakan. Nggak akan kompetitif. Pabrik Pakan bahan bakunya ada di NTB. Jagung dan lain-lain melimpah di kita. Dengan adanya pabrik pakan maka nilai-tambah produk pertanian kita akan meningkat. Jagung dan lain-lain akan mulai diolah di tempat kita,” ujarnya.
Seperti halnya memancing datangnya investasi di bidang pengembangbiakan sapi, Pemprov NTB pun akan berusaha menarik dan membantu investor yang mau membuat pabrik pakan ini.
“Investasi di pabrik pakan ini hanya akan menarik kalau pasarnya ada. Nggak ada insentif untuk munculnya pabrik pakan kalau yang mengonsumsi pakannya nggak ada. Saat ini sapi kita kurang dan petani kita nggak mau dan belum terbiasa dengan pakan olahan. Karenanya, pasar untuk pakan ini harus diciptakan,” ujarnya.
Gayung bersambut, kunjungan Gubernur NTB ke Australia belum lama ini melahirkan peluang baru. “Kebetulan Australia dekat dengan kita dan juga kekurangan pakan, tapi bagus di breeding karena areanya luas. Jadi harga sapi Australia relatif murah,” ungkap Gubernur.
Untuk membuat insentif hadirnya industri pakan, maka impor sapi Australia menjadi opsi menarik untuk mereka yang tertarik membangun industri pakan. Proses pembiakan sapinya dilakukan di Australia. Sementara, penggemukannya dilakukan di NTB. Usaha penggemukan sapi inilah yang akan memunculkan permintaan pakan.
“Disinilah pasar untuk industri pakan muncul. Di saat yang sama, semua fasilitas modern RPH kita dan lain-lain bisa termanfaatkan yang selama ini idle. Jadi pengolahan sapi kita mulai jalan dan dagingnya bisa dijual ke Jawa bahkan ke luar negeri,” ujarnya.
Strategi ini bukan berarti spesies sapi lokal diabaikan. Pengembangbiakan sapi lokal juga tetap akan menjadi pilihan untuk diseriusi. Malahan, upaya mendatangkan sapi impor bisa juga dilakukan oleh pedagang-pedagang sapi lokal di NTB. Hasil produksi pabrik pakan bisa juga diekspor ke Australia. Tidak tertutup pula kemungkinan bahwa suatu saat, cattle station di Australia akhirnya dikelola dan dimiliki oleh orang-orang NTB sendiri.
Menurut Doktor Zul, saat ini ia tengah berupaya membujuk pemain besar yang berpengalaman di bidang ini. Gubernur mengandaikan, saat para pengimpor sapi ini mendatangkan 20 ribu sapi dari Australia ke Jakarta, sebagian kecil dari angka itu bisa saja digemukkan dulu di NTB.
“Bisa saja diturunkan di Lembar 500 atau 1000 ekor untuk kemudian digemukkan dan diproses di NTB. Seiring dengan berlalunya waktu, kita akan ada pembelajaran dan pengalaman untuk kemudian skala usahanya diperbesar,” tegasnya.
Doktor Zul menyadari, semua ini memang tidak akan semudah di atas kertas. Namun, seperti yang selalu diutarakannya, perjalanan panjang, selalu harus dimulai dengan langkah pertama.
“Dan para pemenang dan pahlawan biasanya berani menempuh jalur yang tidak biasa dan jalan yang jarang dilalui oleh orang lain,” pungkasnya.
@lombokepo