NTB - Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Provinsi NTB Najamuddin Amy, S.Sos., M.M mewakili pemerintah bersama Forum Wartawan Parlemen mengunjungi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (PTST) Bantargebang, yang dimiliki Dinas Lingkungan Hidup Pemprov DKI Jakarta, yang berada di Kota Bekasi, Provinsi Jawa Barat rabu (24/4).
Kunjungan tersebut dalam rangka study komparatif karena di NTB saat ini ada program NTB Zero Waste. Dimana saat ini banyak penilaian masyarakat yang pesimis dengan program tersebut bisa tercapai.
Najamuddin menjelaskan, kenapa harus mengajak media melihat langsung pengelolaan sampah di Bantargebang. Karena menurutnya, media memiliki peran yang strategis dalam memberikan pencerahan dan edukasi kepada masyarakat dalam mendukung dan mensukseskan program Zero Waste di NTB. Selain itu media juga dinilai mampu memberikan masukan-masukan untuk kebijakan-kebijakan pemerintah terkait dengan program zero waste tersebut.
Tiba di lokasi TPST sekitar pukul 18.00 WIB, rombongan yang didampi Kepala Satuan Pelaksana TPST Bantargebang Rizky Febriyanto, langsung diajak menuju zona satu lokasi pembuangan sampah, yang telah ditutupi geo membran dengan ketinggian landfill sekitar 40 meter.
Menyaksikan pemandangan dengan gunungan sampah tersebut, membuka mata dan pikiran kita, bahwa persoalan sampah dimasa depan akan menjadi masalah besar apabila tidak ditangani dan dikelola dengan baik. Termasuk di NTB, dimana saat ini potensi sampah yang dihasilkan di kabupaten kota di NTB mencapai angka 3.388 ton/hari. Sedangkan yang baru tertangani sebesar 650 ton/hari.
"Artinya ada sekitar 80 persen sampah di NTB belum tertangani dengan baik dan berpotensi menjadi ancaman lingkungan dimasa depan", ungkap Karo Humas NTB.
Dijelaskan Rizky, Luas area TPST Bantargebang 110,3 hektar, dengan lima zona efektif sekitar 81,91 persen dan 18,09 persen untuk sarana jalan dan prasarana perkantoran.
Saat ini volume sampah yang masuk 7000 - 8000 ton/hari. Gunungan sampah yang telah ditutupi geo membran untuk mengurangi bau dan sebagai perangkap gas metan untuk kemudian dialiri ke power house dengan kapasitas engine 16 MW, namun saat baru mampu menghasilkan listrik sebesar 3 MW yang dijual ke PLN.
Selain itu ia juga menjelaskan bahwa landfill yang ada saat ini akan dilakukan penambangan yang akan diolah sebagai bahan baku Semen.
Ditambahkan Rizky TPST Bantargebang juga memiliki instalasi pengolahan air sampah (IPAS), yang melakukan pemurnian air sampah yang telah busuk sebelum dialiri ke sungai sehingga tidak mencemari lingkungan.
Ia juga menjelaskan untuk mengolah sampah di TPST milik pemprov DKI itu membutuhkan anggaran cukup besar, yakni sebesar 3 triliun pertahun. Sedangkan jumlah tenaga kerja di TPST Bantargebang PNS sebanyak 17 orang, yang mensupervisi sebanyak 714 pegawai non PNS.
Menanggapi hal itu, Kepala Biro Humas NTB optimis bahwa program Zero Waste di NTB akan sukses dengan mencontoh apa yang dilakukan di TPST Bantargebang saat ini.
"Insyaallah apabila kita perlakukan sampah dengan baik, maka akan berubah dari sumber masalah menjadi sumber berkah", pungkasnya.
Penulis :Alfy
@lombokepo